Lihat Istrinya Sakaratul Maut, Begini Perasaan Indro Warkop




V9NEWS || - Rasa duka sedang menyelimuti hati Indro Warkop dan seluruh keluarga besarnya. Sang istri yang bernama Nita Octobijanthy baru saja meninggal dunia setelah berjuang keras melawan kanker paru-paru yang selama ini menggerogoti tubuhnya.
Berbulan-bulan mendapat perawatan intensif di rumah sakit, istri Indro Warkop itu pun menghembuskan napas terakhirnya pada Selasa (9/10) kemarin sekitar pukul 20.22 WIB. Kepergian Nita benar-benar menjadi cobaan berat bagi Indro, hingga ia tak lagi bisa menyembunyikan tangisnya yang pecah sepanjang acara pemakaman berlangsung.
Meski masih dalam suasana duka, Indro menyempatkan diri untuk menjawab beberapa pertanyaan dari rekan-rekan media. Salah satunya adalah bagaimana perasaannya ketika menyaksikan sang istri mengalami sakaratul maut.

Lewat wawancara ini pula, Indro mengakui jika ia benar-benar salut dengan perjuangan istrinya melawan kanker. Meski tahu mendiang Nita merasa capek dengan penyakitnya, Indro tetap bisa melihat usaha dan semangat istrinya. Terlebih lagi, almarhumah juga tidak pernah mengeluh.

"Dia jarang sakit, dia jarang ngeluh sampai sakit terakhir ini dia nggak pernah ngeluh. Keluhannya yang terakhir memang rada aneh aja 'Mau pulang' katanya. 'Kapan pulang? Bohong katanya kita sudah mau pulang, bohong semuanya'. Itu saja," ungkap Indro sambil menangis.

Ketika ditanya lebih lanjut tentang sosok Nita semasa hidup, Indro pun berbagi kenangan yang tak akan pernah dilupakannya. Baginya, Nita tidak hanya mampu menjadi istri yang sempurna, namun juga kebaikan yang terlambat ia sadari.

"Baik sekali buat saya dan terus terang aja kebaikannya setelah sakit baru berasa. Biasanya kan memang orang kayak gitu ya. Terus terang saya kayak teman sama dia. Saya nggak berasa apa-apa, tadinya ya biasa aja lah, tapi ketika dia mulai sakit saya langsung berasa. Aduh kok saya kerasanya kayak hanya punya kaki satu," jawab Indro.

Ia pun melanjutkan, "Saya merasa dulu semuanya diladeni dia, minum semua, celana dalam aja saya nggak pernah beli sendiri, dia yang beliin. Semua deh. Dia nggak bisa masak tapi dia harus menghidangkan untuk saya. Walaupun mungkin bukan masakannya. Kalau minuman, saya selalu dibikinin. Zaman-zaman ngopi dulu, buat saya dia paling hebat nyampur kopinya. Pokoknya setelah dia sakit, saya baru merasa down. Dia berbuat untuk saya (selama) 36 tahun, tapi saya hanya berbuat satu tahun untuk dia. Gitu sih."


Post a Comment

0 Comments