Jangan Terjebak Perbedaan, Waisak 2018 Biksu Tadisa Ingatkan Manusia Untuk Tidak Terjebak.


Hari Trisuci Waisak 2018 di tandai meditasi selama beberapa saat oleh umat Buddha  dan para Biksu sangha di pelantaran Candi Borobudur  Kabupaten Magelang. Tepatnya yang  telah dilaksanakan pada selasa 29 Mei 2018 dengan puncaknya pada pukul 21:19  WIB.

Berdasarkan agenda, mereka juga akan melakukan kirab dengan berjalan kaki sejauh tiga kilometer dari Candi Borobudur Mendut menuju pelataran Candi Borobudur. Sambil membawa berbagai saranan pujabakti.

Trisuci Waisak 2018 dirayakan umat Budda Indonesia dengan dipusatkan di Candi Borobuduruntuk mengenang tiga peristiwa penting dalam ajaran Buddha. Yakni kelahiran Sidharta Gautama, Buddha Gautama memperoleh penerangan sempurna, dan mangkat Sang Buddha.

Koordinator Dewan Kehormatan Perwakilan Umat Buddha Indonesia Biksu Tradisa Paramita Mahasthavira Magelang, mengingatkan agar setiap manusia harus saling merangkul sesamanya. Yang meski berbeda-beda dalam menjalani kehidupan sehari-hari agar terwujud keindahan hidup bersama.

"harus saling merangkul dengan yang berbeda supaya hidup bersama menjadi indah," ujarnya di Magelang, seperti dikutip Antara, Tema perayaan Trisuci Waisak 2018 yakni"Transformasikan Kesadaran Delusi menjadi Kesadarab Murni" dan subtema "Marilah Kita Bersama-sama Berjuang Mengalahkan Sang Ego".

Ia menhemukakan pentingnya manusia tidak terjebak dalam perbedaan, dalam upaya mencapai kebahagiaan kehidupan. Baik secara pribadu maupun bersama.

Perbedaan. ujar Tadisa yang juga Ketua Umum Majelis Mahabudhi itu, harus disadari dengan baik sebagai kodrat manusia.

"Tetapi jangan melakukan pembedaan karena kita sudah beda. Dalam keluarga pun kita berbeda-beda," kata dia.

Ia juga mengatakan bahwa sekarang ini banyak orang terjebak kepada khayalan dan identitas maya karena mereka antara lain lebih mengutamakan EGO.

Hal itu, kata dia, mengakibatkan sikap kelakuan manusia menjadi ketat, semua orang saling bersaing , saling menjatuhkan, terjadi tindak kejahatan, konflik, dan bahkan perang.

"Sekarang ego harus dikalahkan. Kalau ego dikendalikan kita bisa memunculkan cinta kasih," katanya.

Sementara, Ketua Widyakasaba Walubi Biksu Wongsin Labhiko Mahahera mengemukakan pentingnya umat Buddha untuk tetap menjaga diri. Melalui perbuatan yang baik, pembicaraan yang baik, dan pemikiran  baik sesuai dengan ajaran Sang Buddha.

"Agar semua menjadi baik," Katanya.


Meneladani Buddha

Ketua Umum Walubi Hartati Murdaya mengatakan Buddha Gautama menemukan jalan pembebasan diri yaitu pencapaian penerangan sempurna menjadi Buddha melalui kesadaran terhadap makna hidup.

Sang Buddha, Ujarnya, mencapai penerangan sempurna karena menang atas sang ego. Ego sebagai sumber malapetaka dan bisa menjerumuskan manusia dalam jurang kegelpaan yang lebih dalam.

"Tema Waisak tahun ini mengacu kepada intisari ajaran Sang Buddha Kepada semua makhluk," katanya.

Dia mengajak setiap umat Buddha intropeksi pada diri untuk mengetahui hal mana telah benar dan mana yang masih harus diperbaiki demi mencapai cita-cita tertinggi, yakni terbebas dari penderitaan.

Selain itu, katanya, umat Buddha juga harus turut berjuang bersama seluruh komponen bangsa untuk mengurangi kesenjangan dalam berbagai aspek.
Seperti kesenjangan kaya-miskin, kuat-lemah, kota besar-daerah terpencil, dan kesenjangan pendidikan.

"Hilangkan cemburu, marah, dengki, dan serakah. Agama apapun akhirnya sama, kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa,"katanya.


Post a Comment

0 Comments